Minggu, 30 September 2012

TEKNIK-TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF KARYA TULIS ILMIAH


A. PARAGRAF KARYA TULIS
1.    Pengertian Paragraf Karya Tulis
Paragraf karya tulis dapat didefinisikan sebagai rangaian kalimat kalimat dalam karya tulis ilmiah yang saling memiliki hubungan, dan secara bersama sama pula, sekumpulan itu menjelaskan satu buah gagasan atau poko pikiran untuk mendukung pokok pikiran yang lebih puas dalam karangan atau karya tulis ilmiah itu.
2.    Ciri Ciri Paragraf Karya Tulis
Salah satu ciri yang dapat dilihat dari sebuah paragraf karya tulis ilmiah adalah bahwa paragraf itu selalu di awali dengan kalimat baru dan baris baru. Dalam penulisannya, kalimat yang baru menandai berawalnya dari sebuah paragraf itu harus di tulis bertakuk (indented).
Karya tulis ilmiah akademis cukup tegas memberikan batasan yang berlaku umum/ universal ini. Ciri lain dari sebuah karya tulis ilmiah akademis adalah dapat digunakan model blok penuh (full-blocked style) untuk mengawali paragraf baru. Adapun yang dimaksud dengan ciri pokok adalah gagasan pokok paragraf. Sebuah paragraf karya tulis harus dibangun dari sebuah gagasan pokok yang diwadahi di dalam sebuah kalimat pokok. Kalimat pokok paragraf itu harus diterangjelaskan dengan sangat terperinci dengan kalimat kalimat lain yang disebut dengan kalimat penjelas mayor dan kalimat penjelas minor.
Pada akhirnya, semua kalimat dalam sebuah paragraf karya tulis itu harus di tegaskan oleh sebuah kalimat yang lazim disebut sebagai kalimat penegas. Dengan perkataan lain, salah satu cirri pokok dari paragraf karya tulis itu adalah bahwa didalamnya ada harus terkandung kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Tanpa ada kepaduan di antara kedua entitas itu , paragraf demikian itu tidak dapat dikatakan sebagai paragraf karya tulis yang baik.
3.    Fungsi Paragraf Karya Tulis
Dari dimensi penulisannya, paragraf karya tulis yang memiliki pengertian dan ciri sebagaimana disebutkan di depan tadi akan sangat membantu dalam mengngkapkan ide atau gagasan berikut dengan perinian-perinciannya dengan baik bagi sebuah karya tulis yang lebih luas dan besar. Dengan paragraf-paragraf yang kecil-kecil dalam sebuah karya tulis ilmiah itu, gagasan yang luas dan lebar dari sebuah karangan atau karya tulis yang panjang akan dapat dipecah secara terperinci di dalam paragraf-paragraf itu.
Dengan paragraf-paragraf karya tulis yang disusunya secara baik, maka akan sangat baik pulalah karya ilmiah yang disusunnya itu. Tidaklah mungkin sebuah karya tulis ilmiah yang baik, disusun dengan paragraf-paragraf yang berantakan tidak karuan.
Fungsi dari paragraf karya tulis itu adalah sebagai pengganti untuk memahami keseluruhan ide pada karya tulis ilmiah itu. Memahami idea tau gagasan yang besar dari sebuah karya tulis ilmiah, akan sangat dimudahkan bilamana dilakukan dengan memahami paragraf-paragraf dengan secara baik.

4.    Unsur Unsur Paragraf Karya Tulis
Unsur pertama yang harus lebih dahulu disebut dalam paragraf karya tulis ilmiah adalah pikiran pokok atau pikiran utama. Adapun fungsi dari pikiran pokok adalah untuk mengontrol dan mengendalikan semua gagasan kecil sebagai perincian dari gagasan pokok itu. Jadi, pikiran pokok itulah yang akan mengendalikan seluruh kalimat yang ada di dalam paragraf itu.
Unsur kedua dari sebuah paragraf karya tulis ilmiah adalah kalimat pokok atau kalimat utama. Rumusan pikiran pokok itu bukan berupa klausa atau kalimat, melainkan hanya berupa kata atau kelompok kata. Kalimat pokok atau kalimat utama sesungguhnya adalah kalimat yang menjadi wadah dari pikiran pokok atau ide pokok dari paragraf karya tulis ilmiah tersebut. Kalimat pokok atau kalimat utama itu harus berupa kalimat baku dan kalimat efektif. Artinya, kalimat pokok itu harus sesuai dengan ketentuan dan kaidah kebahasaan yang berlaku. Selain itu, kalimat pokok atau kalimat utama itu juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan kalimat efektif yang berlaku di dalam bahasa Indonesia.
Unsur ketiga, unsur unsur paragraf karya tulis ilmiah ini adalah kalimat penjelas atau bisa disebut dengan kalimat kalimat pendukung. Kalimat pendukung dapat di bedakan menjadi 2, yakni (1) kalimat penjelas mayor atau ‘major support sentence’, (2) kalimat penjelas minor ‘minor support sentence’. Tugas dari kalimat mayor adalah memberikan penjelasan atau penjabaran secara langsung kepada kalimat utama paragraf karya tulis ilmiah. Adapun tugas pokok dari kalimat kalimat penjelas atau pendukung minor adalah menjelaskan dan menjabarkan secara langsung kalimat penjelas mayor, dan dalam yang saat bersamaan menjelaskan dan mendukung secara tidak langsung kepada kalimat utama atau kalimat topic dari paragraf karya tulis ilmiah tersebut.
Unsur keempat yang juga cukup penting untuk dijelaskan disini adalah kalimat penegas. Bahwa kalimat penegas itu bukanlah kalimat topik atau kalimat utama  yang kedua dari sebuah paragraf karya tulis ilmiah itu. Jadi, kalimat penegas itu semata mata hanya menegaskan kalimat topic atau kalimat utama yang berada di awal paragraf itu, bukan sebagai kalimat topic atau kalimat utama baru. Bahwa paragraf karya tulis ilmiah yang benar hanya terdiri dari satu kalimat topic atau kalimat pokok. Jadi paragraf karya tulis ilmiah yang benar itu hanya boleh dikendalikan oleh satu ide pokok atau satu gagasan utama.
Unsur kelima dari paragraf karya tulis ilmiah adalah unsure unsure transisi. Unsuur nsur transisi adalah  kata kata yang berfungsi sebagai penanda peralihan atau transisi dari kalimat yang satu kedalam kalimat yang lainnya dalam sebuah paragraf. Maka setiap kata transisi  tersebut sesungguhnya menandai hubungan makna tertentu dalam paragraf itu. Secara terperinci, penanda penanda hubungan makna tersebut dapat disebut sebagai berikut:
·         Hubungan urutan: pertama, kedua, ketiga, keempat, akhirnya, awalnya, mulanya, pada mulanya, pada permulaannya, pada akhirnya, lalu, kemudian.
·         Hubungan penyingkatan: pendeknya, pendek kata, kesimpulannya, begitulah, itulah, demikianlah, singkatnya, memang, intinya, ringkasnya jadi.
·         Hubungan permisalan: dengan kata lain, dengan perkataan lain, misalnya, seperti, contohnya, antara lain, di antaranya, sebagai missal, sebagai contoh.
·         Hubungan permaksudan: maksudnya, tujuannya, untuk itu, untuk maksud itu, untuk tujuan itu.
·         Hubungan temporal: sementara itu, sesudah itu, setelah itu sebelum itu, sejak itu, saat itu, pada saat itu, ketika itu, baru baru ini, beberapa saat kemudian, tidak lama kemudian.
·         Hubungat akibat atau hasil: hasilnya, akibatnya, sebagai akibatnya, sebagai hasilnya.
·         Hubungan sebab: sebab itu, karena itu, oleh sebab itu.
·         Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, sebaliknya, bagaimanapun juga, meskipun demekian, walaupun begitu, walau demikian, sungguhpun demikian.
·         Hubungan penambahan: tambahan lagi, lagi pula, demikian pula, tambahan pula, disamping itu, selain itu, malahan, bahkan, juga.
Unsur transisi yang lainnya adalah pemerantian kata ganti persona. Klitika [-nya], misalnya saja, harus digunakan apabila again terdahulu telah disebutkan nama seseorang, baik jenis kelamin pria atau wanita. Demikian pula bentuk persona ‘mereka’ atau ‘dia’ pasti muncul setelah di bagian terdahulu telah mendapat persona ketiga dalam jumlah jamak untuk ‘mereka’ dan ‘dia’ untuk persona ketiga yang jumlahnya tidak banyak.

B. PIKIRAN UTAMA PARAGRAF KARYA TULIS
Di dalam situasi komunikasi yang wajar, keberadaan dari sebuah idea tau gagasan menjadi signifikan sekali sifatnya. Demikian pula dalam penyusunan karya tulis ilmiah, keberadaan idea tau gagasan itu cenderung mutlak atau absolut sifatnya. Tidak akan pernah ada karya tulis ilmiah kalau tidak ada ide atau gagasan ilmiah yang hendak disampaikan penulisnya. Jadi dalam tulisan tulisan ilmiah kehadiran sebuah ide atau gagasan itu memang mutlak sifatnya.
1.    Pengertian Pikiran Utama Paragraf Karya Tulis
Bagi penulis pikiran utama itu pesan sangat mendasar yang harus disampaikan sejelas jelasnya kepada pembaca. Bagi pembaca, pikiran utama itu merupakan amanat utama paragraf karya tulis yang harus ditangkap erat erat makna atau maksudnya. Jadi kalimat pokok itu adalah kalimat yang intisarinya adalah pikiran utama dari paragraf itu. Pikiran utama paragraf karya tulis akan mengontrol semua kalimat yang bertugas mengjelaskan dan mendukung keberadaan pikiran utama itu dalam paragraf. Karena tugasnya yang adalah pengendali atau pengontrol. Kalimat-kalimat yang dipandang tidak mendukung sepenuhnya terhadap pikiran utama itu adalah paragraf karya tulis, harus dipotong dan dihilangkan jauh jauh dari paragraf itu.

2.    Ciri-ciri Pikiran Utama Paragraf Karya Tulis
Pikiran utama karya tulis yang baik adalah pikiran utama yang jelas dan eksplisit keberadaannya. Sebuah pikiran utama harus tegas dan tegas kemunculannya atau kehadirannya. Bagi seorang penulis, keluasan dan keterbatasan jangkauan dari sebuah pokok pikiran itu akan sangat menentukan baik buruknya paragraf karya tulis yang dibuatnya.bisa saja pikiran utama paragraf itu terlalu besar, sehingga akan membutuhkan kalimat kalimat yang begitu dalam jumlah yang sangat banyak untk dapat menuntaskan penjelasannya dan penjabarannya dalam satu paragraf karya tulis ilmiah.
Pikiran utama sebuah paragraf karya tulis itu juga jangan terlampau sempit. Pikiran utama paragraf karya tulis, dengan demikian, harus sangat memperhatikan dimensi ketercukupan. Jadi tetap harus dikatan bahwa pikiran utama yang baik bagi sebuah paragraf karya tulis ilmiah adalah pikiran utama yang jelas eksisensinya dan memenuhi kreteria ketercukupan kemunculannya.
3.    Fungsi Utama Paragraf Karya Tulis
Pikiran utama itu sebagai batu penjuru yang akan menuntun sang penulis itu sampai pada ketuntasan penjabaran pikiran utama itu adalah penulisan paragraf karya tulis ilmiah. Dengan berpedoman dan berpegangan secara teguh dan kukuh pada pikiran utama dapat menuntaskan paragraf karya tulis itu dengan benar benar baik. Dengan kejelasan pikiran utama itu pula, fungsi control dan fungsi kendali bagi paragraf karya tulis itu, dapat dijamin laju perjalanannya.
4.    Penyajian Pikiran Utama Paragraf Karya Tulis
Gagasan utama atau pikiran utama, atau ada pula yang menyebut ide pokok atau ide utama lazimnya  dikemas dalam di dalam sebuah kalimat uang disebut kalimat utama. Jadi kalimat utama atau kalimat pokok itu merupakan kalimat yang isinya adalah pikiran utama paragraf itu. Akan tetapi bisa jadi dalam sebuah paragraf, ide pokok atau pikiran utama itu tidak kelihatan jelas atau kasat mata. Artinya pikiran utama atau ide pokok itu menjadi roh bagi keseluruhan kalimat yang ada di dalam paragraf itu.
Jenis penyajian utama paragraf karya tulis yang kedua adalah di awal kalimat. Dengan demikian, penyajian model pikiran utama demikian ini mengikuti alur pikiran deduktif. Pikiran utama yang tersaji di dalam kalimat utama itu menjadi semacam pernyataan umum, kemudian pernyataan bersifat umum itu dijabarkan dengan secara terperinci dengan kalimat kalimat penjelasan yang mengikutinya.
Jadi kalimat pokok yang berisi pikiran utama itu diletakan di akhir paragraf dan kalimat-kalimat yang mendahuluinya adalah semacam pengantar dan penjabar atau pemerinci hal yang sifatnya umum di akhir paragraf itu. Model penyajian dengan demikian ini menerapkan alur piker induktif. Alur pikir ini bermula dari sesuatu yang sifatnya kecil kecil, yang merupakan perincian perincian mendetail, mengaraf pada sesuatu yang sifatnya umum atau merupakan pernyataan umum di akhir paragraf
Kemungkinan penyajian paragraf yang terakhir, adalah yang terletak di tengah paragraf. Model demikian ini memungkinkan menulis karya ilmiah tulis untuk mengawalinya dengan kalimat kalimat pengantar menuju kalimat pokok yang berada di tengah paragraf itu, kemudian diteruskan lagi dengan penjabaran atau perincian atas pikiran utama yang berada di tengah paragraf itu pada kalimat kalimat yang mengikutinya. Pikiran utama model yang demikian ini sebagai model ineratif.
Satu hal yang harus dicatat adalah pikiran utama dan/ atau kalimat utama itu tidak bisa ditempatkan di awal dan di akhir paragraf.

C. KALIMAT UTAMA PARAGRAF KARYA TULIS
1.    Pengertian Kalimat Utama Paragraf Karya Tulis
Kalimat utama atau kalimat pokok paragraf adalah kalimat yang bertugas mewadahi pikiran utama atau pikiran pokok paragraf. Dengan demikian, muatan yang harus di bawa oleh kalimat pokok itu memang berat dan memang sarat dengan kandungan makna. Begitu berat dan saratnya kandungan makna itu, kalimat pokok harus dibantu penjabarannya oleh kalimat-kalimat penjelas di dalam paragraf karya tulis itu. Jadi memang harus terdapat kejelasan peran di antara pikiran utama, kallimat utama, dan kalimat kalimat penjelas dalam sebuah paragraf karya tulis itu.
Keberadaan pikiran utama dan kalimat utama yang jelas, tidak akan banyak bermakna kalau ditopang oleh kalimat kalimat penjelas paragraf yang benar.maka pengertian kalimat utama itu hanya akan menjadi jelas, jika dijelaskan dalam kaitan dengan pikiran utama dan kalimat kalimat penjelas seperti disebutkan di depan itu.
2.    Ciri-ciri Kalimat Utama Paragraf Karya Tulis
Kalimat utama paragraf karya tulis yang baik, selain memiliki kandungan pikiran utama seperti  disebutkan di depan, juga harus dikonstruksi secara baik. Artinya, konstruksi kalimatnya memenuhi ketentuan ketentuan sebagai kalimat baku yang lazim ditemukan dalam ranah bahasa keilmuan. Dengan demikian pula,kalimat utama paragraf karya tulis yang baik itu juga harus mengindahkan ketentuan ketentuan  yang berlaku bagi sebuah kalimat efektif.
Konstruksi kalimat utama paragraf karya tulis yang baik itu harus memenuhi dua hal yang sangat mendasar, yakni (1) sesuai dengan kaidah dan kentetuan kalimat-kalimat baku, (2) sesuai dengan kaidah dan ketentuan kalimat-kalimat efektif dalam bahasa Indonesia. Adapun yang menjadi cirri kalimat baku bahasa Indonesia itu adalah sebagai berikut: (a) tidak mengenal bentuk-bentuk penggal atau bentuk bentuk kebahasaan yang dipotong untuk maksud tertentu, (b) menghindari unsur unsur kedaerahan atau kelokalan, (c) menggunakan imbuhan secara lengkap, bukan sebagian-sebagian, (d) menghindari bentuk-bentuk kebahasaan yang hanya lazim digunakan dalam bahasa tutur, (e) memperhatikan kaidah-kaidah ejaan dan tata tulis yang berlaku.
Kalimat pokok paragraf yang baik tidak boleh mengabaikan dimensi-dimensi kebakuan kebahasaan ini. Selanjutnya yang dimaksud dengan memenuhi kaidah-kaidah keefektifan pada kalimat pokok paragraf karya tulis itu sebagai berikut:
a.    memiliki cirri kesepadanan struktur. 
b.    Memiliki ketegasan makna.
c.    Memiliki cirri ketegasan di dalam pengungkapan maksud.
d.    Memiliki cirri ketegasan di dalam pengungkapan maksud.
Keberadaan kalimat utama atau kalimat pokok adalah sebagai penuntun dalam menulis setiap paragraf karya tulis itu.

3.    Fungsi Kalimat Utama Paragraf Karya Tulis
Dalam kerangka kerja penyusunan parargraf karya tulis, keberadaan kalimat utama itu adalah untuk menjamin bahwa setiap paragraf dalam sebuah karya tulis memiliki kejelasan gagasan pokok. Kalimat utama itu adalah kalimat yang itinya adalah gagasan pokok atau ide pokok paragraf.
Keberadaan kalimat utama itu sangat penting dalam penyusunan paragraf karya tulis, keberadaan kalimat utama atau kalimat pokok adalah sebagai penuntun dalam menulis setiap paragraf karya tulis. Adapun kegunaan keberadaan kalimat utama paragraf karya tulis adalah sebagai penuntun untuk mengetahui makna keseluruhan dari setiap paragraf karya tulis tersebut.
4.    Posisi Kalimat Utama Paragraf Karya Tulis
Seperti halnya ide utama atau ide pokok paragraf karya tulis, letak dari kalimat utama itu hamper sama dengan kemungkinan letak dari ide utama. Penjelasan khusus harus dibuat, utamanya untuk paragraf dengan ide yang hadi tersirat, yang menjadi roh bagi keseluruhan konstruksi paragraf karya tulis itu.
Letak perbedaan antara posisi ide pokok kalimat dan kalimat pokok atau kalimat utama paragraf. Kalau ide pokok atau ide utama itu di mungkinkan hadir tersirat, kalimat utama atau kalimat pokok pasti hadir tersurat. Kemungkinan ada tiga yakni (a) awal paragraf karya tulis, (b) di akhir paragraf karya tulis, (c) di tengah paragraf karya tulis.
Posisi yang pertama mengikuti alur pemikiran yang deduktif, yakni dari hal yang sifatnya lebih umum menuju ke hal yang lebih khusus berupa perincian perincian. Posisi yang kedua mengikuti alur pikiran induktif, karena bermula dari sesuatu yang sifatnya khusus atau merupakan perincian perincian menuju yang sifatnya umum. Model ketiga itulah yang dimksud model ineraktif. Paragraf karya tulis itu dimulai dengan kalimat-kalimat pengantar munuju ke kalimat pokok yang berada di tengah paragraf, diteruskan lagi dengan perincian perincian terhadap kalimat pokok yang berada di tengah paragraf itu.





D. KALIMAT PENJELAS PARAGRAF KARYA TULIS
1.    Pengertian Kalimat Penjelas Paragraf Karya Tulis
 Kalimat penjelas memiliki tautan yang sangat erat dengan kalimat pokok paragraf karya tulis. Dengan demikian dapat dikatakan pula kalimat bahwa kaliat penjelas itu berkaitan sangat erat pula dengan ide utama, yakni entitas yang memiliki tugas pokok mengendalikan pada paragraf karya tulis itu.
Bahwa sesungguhnya hubungan di antara ketiganya adalah hubungan yang bersifat ‘interdependency’. Kalimat pokok atau kalimat utama ada karena ada ide pokok atau ide utama. Kalimat pokok harus merupakan representasi surat dari sebuah gagasan utama paragraf karya tulis.

Kalimat kalimat penjelas hadir dalam paragraf karya tulis karena ide pokok dan kalimat pokok itu juga hadir dalam paragraf karya tulis. Itulah salah satu wujud hubuungan ketergantungan antara kedua unsur paragraf karya tulis itu. Kalimat penjelas dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang sifat utama atau mayor dan yang sifatnya tidak utama atau minor. Kalimat penjelas mayor memiliki tugas menjelaskan secara langsung gagasan utama dan kalimat utama pada paragraf karya tulis. Adapun kalimat penjelas minor memiliki 2 tugas tugas pokok yakni, (a) menjelaskan langsung kalimat penjelas mayor dan (b) menjelaskan kalimat tidak langsung gagasan utama dan atau kalimat utama paragraf karya tulis.
2.    Ciri-ciri Kalimat Penjelas Paragraf Karya Tulis
Karya tulis ilmiah memberikan penekaan yang khusus pada dimensi-dimensi keobjektifan. Kalimat penjelas paragraf karya tulis yang baik adalah kalimat penjelas yang memungkinkan fakta fakta yang objektif itu ditampilkan secara baik. Data dan fakta dapat diambilkan dengan baik apabila struktur kalimat kalimat penjelas itu benar, sehingga tidak di mungkinkan hadir tafsiran tafsiran subjektif yang bisa jadi bersifat ambigu. Struktur kalimat yang baik, bentuk bentuk kebahasaan yang tidak ambigu, harus semuanya digunakan dalam menyusun kalimat kalimat penjelas yang baik.
Dengan kalimat penjelas yang baik, maka gagasan utama dan kalimat utama paragraf karya tulis dapat diterangkan dan dijelaskan secara baik pula. Kalimat penjelas yang baik adalah kalimat penjelas, baik sifatnya mayor maupun minor, dapat menjelaskan gagasan dan kalimat utama paragraf dengan terperinci. Penerangjelasan itu harus dilakukan dengan menggunaan kalimat kalimat yang memenuhi kaidah kaidah kebakuan kalimat. Selain memenuhi tuntutan kaidah kebakuan, kalimat penjelas yang baik harus juga memenuhi persyaratan sebagai kalimat yang efektif.
3.    Fungsi Kalmat Penjelas Paragraf Karya Tulis
Kehadiran kalimat kalimat penjelas dalam sebuah paragraf karya tulis akan enjadi penentu pokok bagi ketuntasan penjabaran dan penguraian gagasan dan kalimat utama karya tulis.kentuntasan penjabaran dan penguraian dari gagasan utama dan kalimat utamaparagraf karya tulis itu akan sangat di tentukan oleh kualitas dan kuantitas kalimat-kalimat penjelas di dalam paragraf karya tulis tersebut.
Dengan demikian dapat ditegaskan, bahwa kalimat-kalimat penjelas tu berfungsi untuk menjabarkan gagasan utama dan kalimat utama paragraf karya tulis. Demikian pula, kalimat kalimat penjelas itu akan menjadi penentu pokok dari ketuntasan penjabaran di dalam paragraf karya tulis tersebut.
4.    Kalimat Penjelas Mayor Paragraf Karya Tulis
Kalimat penjelas jens yang pertama berjangkauan makna yang lebih besar atau lebih makro. Karena jangkauannya yang lebih besar atau makro itulah kalimat penjelas demikian itu disebut sebagai kalimat penjelas mayor. Selain berjangkauan makna lebih besar dan lebih makro, kalimat penjelas mayor di dalam paragraf karya tulis juga memiliki hubungan langsung dengan kalimat utama paragraf dan gagasan utamanya. Kalimat penjelas mayor itulah yang secara langsung memberikan penjabaran dan perincian terhadap kalimat pokok dan gagasan pokok pada paragraf karya tulis.
Tidak ada ketentuan yang baku, beberapa kelayakan bagi sebuah kalimat penjelasan mayor harus dijelaskan dengan kalimat kalimat penjelas minor. Akan tetapi, yang sangat jelas adalah bahwa jumlah kalimat penjelas mayor jelas akan berjumlah lebih sedikit daripada kalimat penjelas minor dalam sebuah paragraf karya tulis.
5.    Kalimat Penjelas Minor Paragraf Karya Tulis
Kalimat penjelas minor itu memiliki tugas pokok, yakni memerinci atau menjelaskan kalimat kalimat penjelas mayor yang ada disebuah paragraf karya tulis. Tugas pokok nya yang menjelaskan kalimat penjelas mayor itu, kalimat penjelas minor juga bertugas menjelaskan dan menjabarkan kalimat pokok atau gagasan utama paragraf jurnalistik itu secara tidak langsung.
Kalimat penjelas minor itu memiliki dua fungsi pokok, yakni menjelaskan kalimat penjelas mayor secara langsung, dan menjelaskan kalimat pokok secara tidak langsung. Keeradaan kalimat kalimat penjelas mior dalam sebuah paragraf ini akan menentukan panjang pendeknya paragraf karya tulis . dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa ketuntasan penjabaran gagasan utama paragraf karya tulis itu sangat ditentukan oeh terperinci atau tidaknya kalimat kalimat penjelas minor dalam paragraf karya tulis.

E. KALIMAT PENEGAS PARAGRAF KARYA TULIS
1.    Pengertian Kalimat Penegas Karya Tulis
Sesuai dengam sebutannya, kalimat penegas adalah kalimat di dalam paragraf karya tulis yang tugasnya untuk memberikan penegasan atau penekanan. Dalam anyak hal, memang penegasan sebuah makna atau maksud itu penting untuk dilakuakan. Demikian pula dalam konstruksi paragraf karya tulis, penegasan sebuah maksud atau makna kebahasaan itu dalam banyak hal memang diperlukan. Dalam konstruksi paragraf, lazimnya kalimat penegas itu dirumuskan di akhie paragraf. Dengan bentuk kebahasaan dengan yang berinti sama dengan kalimat pokok, kalimat penegas sering disalah artikan sebagai kalimat kalimat pokok yang kedua dalam satu paragraf karya tulis.
2.    Ciri-ciri kalimat Penegas Paragraf Karya Tulis
Dari dimensi strukturnya, kalimat penegas harus sepenuhnya menepati kaidah-kaidah baku yang lazim diterapkan didalam paragraf karya tulis. Kalimat penegas itu harus didapatkan kelejasan fungsi dan peran unsurnya. Kalimat penegas, selain harus menepati kaidah kaidah kebakuan, juga harus memenuhi kaidah-kaidah keefektifan.
Dengan demikian harus dinyatakan pula disini, bahwa dengan konstruksi kalimat penegas itu, harus dapat ditangkap pula makna atau maksud yang hendak dinyatakan penulis oleh pembacanya. Parameter efektivitas kalimat penegas itu digunakan untuk mengetahui apakah sebuah makna atau maksud yang hendak dinyatakan oleh si penulis itu ditangkap oleh pembaca. Ciri yang lainnya lagi darisebuah kalimat penegas di dalam paragraf karya tuis adalah bahwa kalimat itu tidak boleh dirumuskan sama dengan kalimat pokoknya. Benar bahwa ide pokok yang dikandung dalam kaliimat penegas dan kalimat pokok itu sama, tetap perumusan kalimatnya harus dibuat tidak sama persis.
3.    Fungsi Kalimat Pengas Karya Tulis
Secara singkat harus dikatakan bahwa kalimat penegas didalam sebuah paragraf karya tulis itu memiliki fungsi tunggal, yakni sebagai penegas atau penekanan dari gagasan dan perincian gagasan tersebut didalam sebuah paragraf konstruksi paragraf karya tulis. Jadi, kalimat penegas itu tidak dimaksudkan untuk mewadahi gagasan pokok baru. Maka, tidak mungkin kalimat penegas itu dikatakan sebagai kalimat pokok kedua dalam sebuah paragraf. Bahwa konstruksi paragraf deduktif-induktif itu sesungguhnya tidak ada dalam sebuah karya tulis. Demikian pila di dalam penulisan paragraf umum lainnya, sama sekali tidak mungkin dihadirkan dua gagasan pokok di dalam sebuah paragraf.
4.    Posisi Kalimat Penegasan Paragraf Karya Tulis
Kalimat penegas dalam karya tulis tidak mungkin ditempatkan pada posisi lain kecuali di akhir paragraf. Alasannya, tugas pokok dari kalimat penegas adalah memberikan penekanan dan penegasan dari pernyataan-pernyataan, perincian-perincian, yang telah dilakukan sebelumnya. Tugas pokok demikian ini mustahil dinyatakan di awal paragraf atau di tengah paragraf. Jadi, posisi kalimat penegas di dalam karya tulis itu memang tidak selentur posisi kalimat pokok paragraf.

F. UNSUR-UNSUR PENGAIT PARAGRAF KARYA TULIS
1.    Pengertian Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis
Sesuai dengan sebutan atau namanya, unsur-unsur pengait paragraf karya tulis itu bertugas untuk mengaitkan entitas yang satu dengan entitas yang lainnya di dalam sebuah paragraf karya tulis. Paragraf karya tulis itu berdaya guna untuk menympaikan gagasan berikut dengan perincian-perinciannya. Sebuah hasil penelitian atau hasil pemikiran, misalnya saja, harus dikomunikasikan secara tertulis dengan benar-benar baik oleh penulis. Lewat paragraf paragraf karya tulis yang harus berdiri satu dan padu hubungan antar unsurnya. Dengan demikian kejelasan menyampaikan makna atau maksud itu akan benar benar dapat dijamin dalam paragraf karya tulis. Jadi, situlah sesungguhnya peran yang sangat besar dari unsur-unsur pengait paragraf dalam sebuah paragraf karya tulis itu diperlukan dan dinantiikan kehadirannya.
Lazimnya, unsur pengait demikian itu berupa kata ganti, yang akan menggantikan nomina atau persona yang telah disebut sebelumnya. Atau bisa jadi pula, kata ganti itu justru menunjuk pada persona dan/ atau nomina yang akan hadir selanjutnya. Lalu nomina yang digantikan oleh kata ganti dalam sebuah paragraf karya tulis itu lazim disebutsebagai ‘antenseden’. Jadi, katakan saja di depan sudah muncul nama ‘Vendi’ dan ‘Julian’ maka kata ganti yang akan muncul di belakang adalah ‘mereka’. Kalau yang hadir hanyalah ‘Reni’, misalnya saja, maka kata ganti yang harus muncul adalah ‘dia’ atau ‘ia’ atau klitikan ‘-nya’. Jadi bentuk bentuk kebahasaan yang disampaikan di atas itu hanya sekedar sebagai contoh dari unsur pengait di dalam sebuah paragraf karya tulis.


2.    Fungsi Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis
Dalam kerangka penyusunan paragraf karya tulis itu, unsure pengait paragraf, unsur pengait paragraf yang wujudnya dapat bermacam-macam itu memiliki fungsi untuk mengaitkan entitas kebahasaan yang satu dengan entitas kebahasaan yang lainnya, baik dalam tataran intrakalimat maupun tataran antarkalimat. Hubungan antarkalimat lazimnya dapat dilakukan dengan memerantikan teknik pengacuan atau pereferensian (reference), pelepasan (ellipsis), penggantian (substitution), perangkaian (conjuction), dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Adapun peranti yang digunakan untuk kalimat yang satu dengan kalimat yang lain itu disebut dengan penghubung atau konjungsi antar kalimat. Jadi harus ditegaskan kembali disini bahwa unsure pengait paragraf itu memiliki tugas pokok untuk menjamin kepaduan bentuk atau kohesi paragraf karya tulis itu. Kohesi atau kepaduan bentuk itu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan membangun kohesi leksikal dan kohesi gramatikal.
3.    Unsur Paragraf Karya Tulis Berupa Peranti Peracuan
Kesatuan dan kepaduan paragraf karya tulis dapat dilakukan dengan cara memerantikan unsur pengait yang berupa peranti pengacuan. Terdapat dua model pengacuan yang dapat dijelaskan dalam kerangka penyusunan paragraf karya tulis, yakni pengacuan yang sifatnya endoforis dan eksoforis. Pengacuan yang sifatnya endoforis itu menunjuk pada pengacuan hubungan antarkalimat yang ada di dalam teks itu sendiri. Sebaliknya pengacuan yang sifatnya eksoforis itu menunjuk pada pengacuan hubungan antar kalimat dengan entitas yang berada di luar teks itu sendiri. Dalam kerangka penyusunan paragraf karya tulis, dapat dipahami bahwa hubungan yang terjadi antarkalimat yang ada di dalam bangunan paragraf itu sendiri dapat disebut sebagai pengacuan yang sifatnya endoforis. Adapun pengacuan hubungan antarkalimat  yang ada di dalam bangunan paragraf itu dengan kalimat yang ada pada paragraf sebelumnya atau sesudahnya disebut sebagai pengacuan eksoforis.
Pengacuan endoforis, masih dapat dibedakan menjadi dua, yakni pengacuan endoforis kataforis dan endoforis anaforis. Disebut sebagai endoforis anaforis apabila pengacuan itu bersifat ke kiri atau menuju ke kiri karena entitas itu digantikan itu letak di sebelah kiri kata yang menggantikannya. Selanjutnya pengacuan endoforis kataforis adalah pengacuan yang bersifat kekanan karena entitas kebahasaan yang digantikan itu berada disebelah kanan kata yang menggantikannya. Sebagai contoh dari kata endoforis adalah dengan kata ‘itu’, ‘begitu’, ‘begitu itu’, ‘ddemikian itu’, ‘seperti itu’, ‘tersebut’. Selain itu, pengacuan pengacuan endoforis juga dapat dilakuan dengan memerantukan klitika ‘-nya’.
Selanjutnya yang dimaksud pengacuan eksoforis adalah pengacuan kepada entitas kebahasaan yang berada di luar bangunan paragraf karya tulis itu. Satu paragraf lainnya di dalam sebuah karya tulis itu harus senantiasa juga keterkaitannya. Dengan perkataan lain, penanda penanda hubungan eksoforis itu juga harus senantiasa dibangun dan dijaga keberadaannya.
4.    Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis Berupa Peranti Penggantian
Pengait paragraf karya tulis yang berupa peranti penggantian ini ditandai dengan penggunaan kata atau frasa yang mengantikan keberadaan dari kata atau frasa yang lainnya. Di dalam praktik tulis menulis paragraf karya tulis, yang di gantikan itu tidak selalu berupa frasa atau kata, tetapi mungkin pula entitas kebahasaan yang lainnya, baik yang hadir sebelum kata atau frasa yang menggantikan itu maupun yang hadir setelah kata atau frasa yang menggantikan tersebut. Entitas kebahasaan yang digantikan tersebut , baik yang berada setelahnya maupun yang berada sebelumnya lazim disebut di dalam linguistik sebagai anteseden.
5.    Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis Berupa Peranti Pelepasan
Pelepasan dapat digunakan sebagai peranti pengait di dalam sebuah paragraf karya tulis. Hubungan makna yang dihadirkan oleh peranti pelepasan ini adalah bahwa dengan dilepasnya unsure kebahasaan tertentu dalam sebuah kalimat pada paragraf karya tulis yang bersangkutan, tetap saja akan dapat diprediksikan apa yang sesungguhnya dilepaskan dan tidak disuratkan itu. Justru dengan peranti pelepasan demikian itu, hubungan makna yang dimunculkan menjadi semakin jelas. Karena itulah pelepasan seperti ini  dianggap sebagai peranti pengait dalam susunan paragraf karya tulis. Sebagai contoh perhatikanlah kalimat kalimat dalam paragraf berikut ini: ‘Sudah lebih dari tiga hari kami semua menjadi korban bencana di tempat ini. (kami) tidak tahu persis, apakah akan segera datang bantuan pada malam hari ini untuk sekedar mengisi kekosongan perut (kami).
6.    Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis Berupa Peranti Pengulangan
Pengulangan bentuk kebahasaan di dalam sebuah paragraf arya tulis dapat juga dianggap salah satu peranti pengait. Artinya, pengulangan demikian itu sesungguhnya mengemban hubungan makna tertentu. Sebuah pengulangan mengemban hubungan makna tertentu. Sebuah pengulangan dapat dikatakan mengemban makna yang baik di dalam sebuah paragraf karya tulis kalau pengulangan itu dilakukan secara proposional. Adapun yang dimaksud adalah pengulangan yang memenuhi asas ketercukupan. Pengulangan yang terlalu berlebihan, justru akan dapat merendahkan kadar kandungan dari makna atau maksud yang hendak dinyatakan. Sebagai contoh perhatiakan kalimat berikut ini: ‘Mahasiswa-mahasiswa akademi sekretari di yogyakarta itu sedang mempersiapkan pelatihan administrasi perkantoran. Mahasiswa-mahasiswa itu bepakaian formal dengan menggunakan pakaian kerja’.
7.    Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis Berupa Peranti Penominalan
Unsur pengait paragraf di dalam sebuah paragraf  karya tulis juga dapat berupa penominalan. Artinya, membentuk nomina dari bentuk yang sebelumnya belum berupa nomina, misalnya saja verba. Di dalam kalimat pertama muncul kalimat ‘memunculkan’ dan pada kalimat berikutnya bisa muncul ‘permunculan’ atau ‘kemunculan’. Demikian pula bila pada netitas kebahasaan yang pertama muncul ‘memajukan’ maka pada entitas selanjutnya akan dapat di ubah ‘pemajuan’ dan ‘kemajuan’. Jadi sekalipun bentuk kebahasaan yang hadir demikian itu tidak persis sama, dapat pula dikatakan bahwa bentuk kebahasaan yang demikian itu merupakan unsur pengait paragraf.
8.    Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis Berupa Kata Penghubung Intrakalimat
Hubungan atarentitas kebahasaan di dalam sebuah paragraf karya tulis dapat dibangun dengan berbagai cara. Kata penghubung dalam kalimat atau intrakalimat itu dapat berwujud (a) kata penghubung koordinatif, dan kata (b) penghubung subordinatif. Kata penghubung koordinatif bertugas untuk menghubungkan dua entitas kebahasaan yang yang sama derajatnya. Artinya bentuk kebahasaan itu berupa frasa dan frasa, kata dan kata, atau klausa dengan klausa. Kata penghubung yang digunakan secara koordinatif itu dalam bahasa Indonesia adalah ‘dan’, ‘atau’, ‘maka’, ‘melainkan’, ‘serta’, ‘lagi pula’, ‘kemudian’, ‘lalu’, ‘bahkan’. Kata penghubung koordinatif yang dalam bahasa Indonesia itu hadir secara cukup variatif itu dpat dikelompokan menjadi:
a)    Konjungsi koordinatif yang bermakna penjumlahan: ‘dan’, ‘serta’, ‘dan lagi’, dan ‘lagi pula’.
b)    Konjungsi koordinatif yang bermakna pemilihan: ‘atau’.
c)    Konjungsi koordinatif yang bermakna peturutan: ‘lalu’, ‘kemudian’.
d)    Konjungsi koordinatif yang bermakna pemerlebihan: ‘bahkan’.
e)    Konjungsu koordinatif yang bermakna berlawanan atau pertentangan: ‘tetapi’, ‘tapi’, ‘sedangkan’, ‘sebaliknya’, ‘sedangkan’, ‘melainkan’.
Selanjutnya di dalam kalimat majemuk tidak setara, keterkaitan hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lainnya lazimnya ditandai oleh konjungsi atau kata hubung subordinatif yang sering muncul di dalam paragraf  karya tulis itu di antaranya adalah: ‘sampai’, ‘yang’, ‘agar’, ‘akibat’, ‘apabila’, ‘bila’, ‘asal’, ‘bahwa’, ‘berhubung’, ‘karena’, ‘sebab’, ‘bilamana’, ‘selain’, ‘sehingga’, ‘jika’, ‘ketika’, ‘tatkala’, ‘meskipun’, ‘walaupun’, ‘sekalipun’, ‘seandainya’, ‘sebelum’, ‘semanjak’, ‘sesudah’, ‘setelah’.
Konjungsi subordinatif yang jumlahnya relatif banyak itu juga dapat menandai bermacam macam hubungan makna di dalam sebuah paragraf karya tulis, misalnya saja:
a)    Penanda pertalian waktu : ‘ketika’, ‘tatkala’, ‘setiap’, ‘setiap kali’, ‘sebelum’, ‘sesudah’, ‘setelah’, ‘sejak’, ‘semenjak’, ‘hingga’.
b)    Penanda pertalian perbandingan : ‘daripada’.
c)    Penanda pertalian sebab : ‘sebab’, ‘karena’.
d)    Penanda pertalian akibat : ‘sehingga’.
e)    Penanda pertalian syarat : ‘jika’, ‘apabila’, ‘bila’, ‘jikalau’.
f)     Penanda pertalian harapan : ‘agar’, ‘supaya’.
g)    Penanda pertalian perlawanan atau pertentangan : ‘meskipun’, ‘walaupun’, ‘tetapi’, ‘sesungguhpun’, ‘sekalipun’.
h)   Penanda pertalian pengandaian : ‘andaikata’, ‘seandainya’, ‘andaikan’.
i)     Penanda pertalian penjumlahan : ‘selain’, disamping’.
j)      Penanda pertalian cara : ‘sambil’, ‘tanpa’, ‘dengan’.
k)    Penanda pertalian manfaat : ‘untuk’, ‘demi’.
l)     Penanda pertalian pengecualian : ‘kecuali’.
Jadi, unsur-unsur pengait paragraf karya tulis yang berupa konjungsi subordinatif itu ternyata dapat memiliki hubungan makna relatif banyak.
9.    Unsur Pengait Paragraf Karya Tulis Berupa Kata Penghubung Antarkalimat
Selain kata penghubung intrakalimat, yang di depan sudah dijelaskan itu, keterkaitan makna di dalam paragraf karya tulis juga dijamin oleh kata penghubung atau konjungsi antarkalimat. Dikatakan sebagai kata penghubung antarkalimat karena tugasnya menghubungkan makna yang ada pada kalimat yang lainnya. Dengan demikian, kohesi yang di bangun dengan kata penghubung antarkalimat ini adalah kohesi proposional. Maksudnya, keterpaduan dan kesatuan proposisi yang ada pada kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Dalam bahasa Indonesia ragam ilmiah, kata penghubung atau konjungsi antar kalimat itu diantaranya adalah sebagai berikut: ‘biarpun’, ‘demikian’, ‘biar begitu’, ‘sekalipun’ ‘demikian’, ‘sekalipun begitu’, ‘walaupun demikian’, ‘walaupun begitu’, ‘meskipun demikian’, ‘meskipun begitu’, ‘sesungguhpun demikian’, ‘sesungguhpun begitu’, ‘selanjutnya’, ‘sesudah itu’, ‘setelah itu’, ‘selain itu’, ‘lagi pula’, ‘tambahan pula’, ‘sebaliknya’, ‘kemudian’, ‘sesungguhnya’, ‘bahwasanya’, ‘malahan’, ‘malah’, ‘bahkan,’ ‘akan tetapi’, ‘namun’, ‘kecuali itu’, ‘dengan demikian’, ‘oleh karena itu’, ‘oleh sebab itu’, ‘sebelum itu’, ‘maka dari itu’.
Konjungsi antarkalimat itu kebanyakan bersifat indomatis atau bersifat senyawa. Maka dari itu, bentuknya tidak dapat dimodifikasi sekehendak penulisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar